Tuesday, December 31, 2013

RENUNGAN : HARTA TIDAK SELAMANYA MEMBUAT BAHAGIA

Impian kita waktu masih anak-anak dulu suka membayangkan bagaimana bahagianya kalau kita banyak harta. Kita dapat jalan-jalan, membeli apa saja yang kita inginkan, punya rumah besar, kendaraan mewah dan pikiran muluk-muluk lainnya. Sehingga kita memvonis kalau punya harta banyak pasti akan sangat bahagia.
Dalam pelajaran di kelaspun dulu kadang ada beberapa guru kita meminta murid-murid mengemukakan cita-cita yang akan diraih nanti kalau dewasa itu apa. Saya inget betul, ada salah satu temen saya yang menyampaikan bahwa kalau nanti saya dewasa cita-cita saya ingin menjadi petani. Guru saya waktu itu kaget, kenapa cita-citanya hanya ingin menjadi petani, tidak seperti lainnya yang ingin menjadi pengusaha, dokter, arsitek dan sebagainya. Dengan lugu teman saya bilang disamping memang tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolah, dia ingin menjadi seorang petani yang berhasil dikampungnya. Akhirnya guru saya mengiyakan dengan mimik tidak puas. Saya sendiri waktu diminta menyampaikan cita-cita saya dengan yakin menyampaikan ingin menjadi seorang pengajar (guru). Pertimbangan saya waktu itu guru kalau di kampung itu sangat dihormati, mempunyai status sosial yang tinggi di masyarakat, rata-rata kaya (ukuran kampung) dan penghormatan-penghormatan lainnya, sehingga saya sangat bangga sekali bilamana nanti saya dapat menjadi seorang guru.
Akibat Berburu Harta Kekayaan
Tapi benarkah kekayaan itu merupakan sumber kebahagiaan utama? Jawaban saya adalah tidak. Kenapa? Kita sering membaca berita dikoran, atau berita di televisi, internet maupun media lainnya bahwa betapa kekayaan malah menjadi sumber kesengsaraan. Seperti misalnya perampokan kepada orang-orang berduit (kita tidak pernah dengar para perampok merampok orang miskin), saling membunuh diantara keluarga gara-gara berebut harta warisan, bahkan kasus yang heboh saat ini seperti kasus impor daging sapi, korupsi di mahkamah konstitusi, kasus korupsi pajak Gayus Tambunnan dan banyak kasus lainnya yang telah terpublikasi. Kebanyakan mereka adalah orang-orang kaya tapi tidak bisa menikmati kekayaan mereka, bahkan kesengsaraan, tekanan hidup, malu dan apalah yang terpaksa mereka terima dan tidak bisa ditolak. Harta yang mereka peroleh memang ada, tapi bukan yang bersangkutan yang menikmati, tapi orang lain. Jadi dapat disimpulkan disini bahwa melimpahnya harta tidak berarti akan mendatangkan kebahagiaan.
Terus yang menjadi pertanyaan kita adalah, adakah orang kaya harta tapi sangat bahagia...?
Jawabannya tunggu saya punya inspirasi lagi. Sudah jam 12.35 menit, ngantuk ah...

No comments:

Post a Comment